Minggu, 19 Februari 2012

Promo Member Alfamart Minimarket Lokal Terbaik Indonesia

Promo Member Alfamart Minimarket Lokal Terbaik Indonesia. Alfamart minimarket adalah salah satu pusat perbelanjaan yang besar di Indonesia, segala jenis keperluan di jual di sana. Alfamart Minimarket memiliki banyak member karena Alfamart Minimarket mempunyai trik jitu untuk menarik member – member nya. Salah satunya adalah dengan membuka promo - promo yang sangat menguntungkan member Alfamart Minimarket. Promo Indonesia yang terbesar biasanya di selenggarakan oleh Alfamart Minimarket.

Balakangan ini Alfamart Minimarket membuka promo bertemakan Promo Member Alfamart Minimarket Lokal Terbaik Indonesia. Promo tersebut bukan hanya menggemparkan member Alfamart Minimarket, namun blogger Indonesia. Alfamart Minimarket membuka Kontes Seo terbuka dalam rangka menyelenggarakan promo tersebut. Dan ini adalah Promo Indonesia yang tidak hanya melibatkan member, namun juga para petani internet. Kontes seo Alfamart mini market ini ber - keyword atau target "Promo Member Alfamart Minimarket Lokal Terbaik Indonesia". Semoga dengan kontes ini Promo alfamart minimarket menjadi Promo indonesia no 1, the best mini market
Continue Reading...

Selasa, 19 April 2011

Gadis SMU




Di depan kedutaan Inggris aku parkirkan mobilku, bersama banyak mobil lainnya. Memang aku lihat ada beberapa kelompok, masing-masing dengan bendera partai mereka dan atribut yang bermacam-macam. Aku keluarkan kartu persku, tergantung di leher. Juga Nikon, kawan baik yang menjadi sumber nafkahku. Aku mendekati kerumunan simpatisan partai. Bergabung dengan mereka. Berusaha mencari informasi dan momen-momen penting yang mungkin akan terjadi.

Saat itulah pandanganku bertemu dengan tatap mata seorang gadis yang bergerombol dengan teman-temannya di atap sebuah mini bus. Wajahnya yang cantik tersenyum kepadaku. Gadis itu memakai kaos partai yang mengaku reformis,---aku rahasiakan saja baiknya---yang telah dipotong sedikit bagian bawahnya, sehinggs seperti model tank top, sedangkan bawahannya memakai mini skirt berwarna putih. Di antara teman-temannya, dia yang paling menonjol. Paling lincah, paling menarik.
"Mas, Mas wartawan ya?" katanya kepadaku.
"Iya".
"Wawancarai kita dong", Salah seorang temannya nyeletuk.
"Emang mau?".
"Tentu dong. Tapi photo kita dulu..."

Nah darisinilah berawal cerita ini dan kini ku koleksi dalam kenangan sehingga menjadi Kumpulan Cerita Dewasa

Mereka beraksi saat kuarahkan kameraku kepada mereka. Dengan lagak dan gaya masing-masing mereka berpose.
"Kenapa sudah ada di sini, sih? Bukankah ____ (nama partai) baru besok kampanyenya?".
"Biarin Mas, daripada besok dikuasai partai lain?".
"Memang akan terus di sini? Sampai pagi?".
"Iya, demi ____ (nama partai), kami rela begadang semalaman."
"Hebat."
"Mas di sini aja, Mas. Nanti pasti ada lagi yang ingin manjat tugu selamat datang." Kata gadis yang menarik perhatianku itu.

Aku pun duduk dekat mereka, berbincang tentang pemilu kali ini. Harapan-harapan mereka, tanggapan mereka, dan pendapat mereka. Mereka lumayan loyal terhadap partai mereka itu, walaupun tampak sedikit kecewa, karena pemimpin partai mereka itu kurang berani bicara. Padahal diproyeksikan untuk menjadi calon presiden. Aku maklum, karena tahu latar belakang pemimpin yang mereka maksudkan itu.
"Eh, nama kalian siapa?" Tanyaku, "Aku Ray."
"Saya Diana." Kata cewek manis itu, lalu teman-temannya yang lain pun menyebut nama. Kami terus bercakap-cakap, sambil minum teh botol yang dijual pedagang asongan.

Waktu terus berlalu. Beberapa kali aku meninggalkan mereka untuk mengejar sumber berita. Malam itu bundaran HI didatangi Kapolri yang meninjau dan 'menyerah' melihat massa yang telah bergerombol untuk pawai dan kampanye, karena jadwal resminya adalah pukul 06.00 - 18.00.
Saat aku kembali, gerombolan Diana masih ada di sana.
"Saya ke kantor dulu ya, memberikan kaset rekaman dan hasil photoku. Sampai ketemu." Pamitku.
"Eh, Mas, Mas Ray! Kantornya "x" (nama koranku), khan. Boleh saya menumpang?" Diana berteriak kepadaku.
"Kemana?"
"Rumah. Rumah saya di dekat situ juga."
"Boleh saja." Kataku, "Tapi katanya mau tetap di sini? Begadang?"
"Nggak deh. Ngantuk. Boleh ya? Gak ada yang mau ngantarin nih."
Aku pun mengangguk. Tapi dari tempatku berdiri, aku dapat melihat di dalam mini bus itu ada sepasang remaja berciuman.

Benar-benar kampanye, nih? Sama saja kejadian waktu meliput demontrasi mahasiswa dulu. Waktu teriak, ikutan teriak. Yang pacaran, ya pacaran. (Ini cuma sekedar nyentil, lho. Bukan menghujat. Angkat topi buat gerakan mahasiswa kita! Peace!)
Diana menggandengku. Aku melambai pada rekan-rekannya.
"Diana! Pulang lho! Jangan malah..." Teriak salah seorang temannya.
Diana cuma mengangkat tinjunya, tapi matanya kulihat mengedip.

Lalu kami pun menuju mobilku. Dengan lincah Diana telah duduk di sampingku. Mulutnya berkicau terus, bertanya-tanya mengenai profesiku. Aku menjawabnya dengan senang hati. Terkadang pun aku bertanya padanya. Dari situ aku tahu dia sekolah di sebuah SMA di daerah Bulungan, kelas 2. Tadi ikut-ikutan teman-temannya saja. Politik? Pusing ah mikirinnya.
Usianya baru 17 tahun, tapi tidak mendaftar pemilu tahun ini. Kami terus bercakap-cakap. Dia telah semakin akrab denganku.
"Kamu sudah punya pacar, belum?" Tanyaku.
"Sudah." Nadanya jadi lain, agak-agak sendu.
"Tidak ikut tadi?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Lagi marahan aja."
"Wah.., gawat nih."
"Biarin aja."
"Kenapa emangnya?"
"Dia ketangkap basah selingkuh dengan temanku, tapi tidak mengaku."
"Perang, dong?"
"Aku marah! Eh dia lebih galak."
"Dibalas lagi dong. Jangan didiemin aja."
"Gimana caranya?" Tanyanya polos.
"Kamu selingkuh juga." Jawabku asal-asalan.
"Bener?"
"Iya. Jangan mau dibohongin, cowok tu selalu begitu."
"Lho, Mas sendiri cowok."
"Makanya, aku tak percaya sama cowok. Sumpah, sampai sekarang aku tak pernah pacaran sama cowok. Hahaha."
Dia ikut tertawa.

Aku mengambil rokok dari saku depan kemejaku, menyalakannya. Diana meminta satu rokokku. Anak ini badung juga. Sambil merokok, dia tampak lebih rileks, kakinya tanpa sadar telah nemplok di dashboardku. Aku merengut, hendak marah, tapi tak jadi, pahanya yang mulus terpampang di depanku, membuat gondokku hilang.

Setelah itu aku mulai tertarik mencuri-curi pandang. Diana tak sadar, dia memejamkan mata, menikmati asap rokok yang mengepul dan keluar melalui jendela yang terbuka. Gadis ini benar-benar cantik. Rambutnya panjang. Tubuhnya indah. Dari baju kaosnya yang pendek, dapat kulihat putih mulus perutnya. Dadanya mengembang sempurna, tegak berisi.
Tanpa sadar penisku bereaksi.
Aku menyalakan tape mobilku. Diana memandangku saat sebuah lagu romantis terdengar.
"Mas, setelah ini mau kemana?"
"Pulang. Kemana lagi?"
"Kita ke pantai saja yuk. Aku suntuk nih." Katanya menghembuskan asap putih dari mulutnya.
"Ngapain"
"Lihat laut, ngedengerin ombak, ngapain aja deh. Aku males pulang jadinya. Selalu ingat Ipet, kalau aku sendirian."
"Ipet?"
"Pacarku."
"Oh. Tapi tadi katanya ngantuk?"
"Udah terbang bersama asap." Katanya, tubuhnya doyong ke arahku, melingkarkan lengan ke bahuku, dadanya menempel di pangkal tangan kiriku. Hangat.
"Bolehlah." Kataku, setelah berpikir kalau besok aku tidak harus pagi-pagi ke kantor. Jadi setelah mengantar materi yang kudapat kepada rekanku yang akan membuat beritanya, aku dan Diana menuju arah utara. Ancol! Mana lagi pantai di Jakarta ini.

Aku parkirkan mobil Kijangku di pinggir pantai Ancol. Di sana kami terdiam, mendengarkan ombak, begitu istilah Diana tadi. Sampai setengah jam kami hanya berdiam. Namun kami duduk telah semakin rapat, sehingga dapat kurasakan lembutnya tubuh yang ada di sampingku.

Tiba-tiba Diana mencium pipiku.
"Terima kasih, Mas Ray."
"Untuk apa?"
"Karena telah mau menemani Diana."
Aku hanya diam. Menatapnya. Dia pun menatapku. Perlahan menunduk. Kunikmati kecantikan wajahnya. Tanpa sadar aku raih wajahnya, dengan sangat perlahan-lahan kudekatkan wajahku ke wajahnya, aku cium bibirnya, lalu aku tarik lagi wajahku agak menjauh. Aku rasakan hatiku tergetar, bibirku pun kurasakan bergetar, begitu juga dengan bibirnya. Aku tersenyum, dan ia pun tersenyum. Kami berciuman kembali. Saat hendak merebahkannya, setir mobil menghalang gerakan kami. Kami berdua pindah ke bangku tengah Kijangku. Aku cium kening Diana terlebih dahulu, kemudian kedua matanya, hidungnya, kedua pipinya, lalu bibirnya. Diana terpejam dan kudengar nafasnya mulai agak terasa memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yang hangat membara. Tanganku memegang dadanya, meremasnya dari balik kaos tipis dan bhnya.

Sesaat kemudian kaos itu telah kubuka. Aku arahkan mulutku ke lehernya, ke pundaknya, lalu turun ke buah dadanya yang indah, besar, montok, kencang, dengan puting yang memerah. Tanganku membuka kaitan BH hitamnya. Aku mainkan lidahku di puting kedua buah dadanya yang mulai mengeras. Yang kiri lalu yang kanan.
"Mas Ray, kamu tau saja kelemahan saya, saya paling nggak tahan kalo dijilat susu saya..., aahh...".

Aku pun sudah semakin asyik mencumbu dan menjilati puting buah dadanya, lalu ke perutnya, pusarnya, sambil tanganku membuka mini skirtnya.
Terpampanglah jelas tubuh telanjang gadis itu. Celana dalamnya yang berwarna hitam, menerawangkan bulu-bulu halus yang ada di situ. Kuciumi daerah hitam itu.

Aku berhenti, lalu aku bertanya kepada Diana
"Diana kamu udah pernah dijilatin itunya?"
"Belum..., kenapa?".
"Mau nyoba nggak?".
Diana mengangguk perlahan.
Takut ia berubah pikiran, tanpa menunggu lebih lama lagi langsung aku buka celana dalamnya, dan mengarahkan mulutku ke kemaluan Diana yang bulunya lebat, kelentitnya yang memerah dan baunya yang khas. Aku keluarkan ujung lidahku yang lancip lalu kujilat dengan lembut klitorisnyana.
Beberapa detik kemudian kudengar desahan panjang dari Diana
"sstt... Aahh!!!"
Aku terus beroperasi di situ
"aahh..., Mas Ray..., gila nikmat bener..., Gila..., saya baru ngerasain nih nikmat yang kayak gini..., aahh..., saya nggak tahan nih..., udah deh..."

Lalu dengan tiba-tiba ia menarik kepalaku dan dengan tersenyum ia memandangku. Tanpa kuduga ia mendorongku untuk bersandar ke bangku, dengan sigapnya tangannya membuka sabuk yang kupakai, lalu membuka zipper jins hitamku. Tangannya menggapai kemaluanku yang sudah menegang dan membesar dari tadi. Lalu ia memasukkan batang kemaluanku yang besar dan melengkung kedalam mulutnya.
"aahh..." Lenguhku
Kurasakan kehangatan lidah dalam mulutnya. Namun karena dia mungkin belum biasa, giginya beberapa kali menyakiti penisku.
"Aduh Diana, jangan kena gigi dong..., Sakit. Nanti lecet..."

Kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku yang keras, ia jilati melingkar, ke kiri, ke kanan, lalu dengan perlahan ia tekan kepalanya ke arahku berusaha memasukkan kemaluanku semaksimal mungkin ke dalam mulutnya. Namun hanya seperempat dari panjang kemaluanku saja kulihat yang berhasil terbenam dalam mulutnya.
"Ohk!.., aduh Mas Ray, cuma bisa masuk seperempat..."
"Ya udah Diana, udah deh jangan dipaksaain, nanti kamu tersedak."
Kutarik tubuhnya, dan kurebahkan ia di seat Kijangku. Lalu ia membuka pahanya agak lebar, terlihat samar-samar olehku kemaluannya sudah mulai lembab dan agak basah. Lalu kupegang batang kemaluanku, aku arahkan ke lubang kemaluannya. Aku rasakan kepala kemaluanku mulai masuk perlahan, kutekan lagi agak perlahan, kurasakan sulitnya kemaluanku menembus lubang kemaluannya.
Kudorong lagi perlahan, kuperhatikan wajah Diana dengan matanya yang tertutup rapat, ia menggigit bibirnya sendiri, kemudian berdesah.
"sstt..., aahh..., Mas Ray, pelan-pelan ya masukkinnya, udah kerasa agak perih nih..."

Dan dengan perlahan tapi pasti kudesak terus batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Diana, aku berupaya untuk dengan sangat hati-hati sekali memasukkan batang kemaluanku ke lubang vaginanyana. Aku sudah tidak sabar, pada suatu saat aku kelepasan, aku dorong batang kemaluanku agak keras. Terdengar suara aneh. Aku lihat ke arah batang kemaluanku dan kemaluan Diana, tampak olehku batang kemaluanku baru setengah terbenam kedalam kemaluannya. Diana tersentak kaget.
"Aduh Mas Ray, suara apaan tuh?"
"Nggak apa-apa, sakit nggak?"
"Sedikit..."
"Tahan ya.., sebentar lagi masuk kok..."

Dan kurasakan lubang kemaluan Diana sudah mulai basah dan agak hangat. Ini menandakan bahwa lendir dalam kemaluan Diana sudah mulai keluar, dan siap untuk penetrasi. Akhirnya aku desakkan batang kemaluanku dengan cepat dan tiba-tiba agar Diana tidak sempat merasakan sakit, dan ternyata usahaku berhasil, kulihat wajah Diana seperti orang yang sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa, matanya setengah terpejam, dan sebentar-sebentar kulihat mulutnya terbuka dan mengeluarkan suara. "sshh..., sshh..."
Lidahnya terkadang keluar sedikit membasahi bibirnya yang sensual. Aku pun merasakan nikmat yang luar biasa. Kutekan lagi batang kemaluanku, kurasakan di ujung kemaluanku ada yang mengganjal, kuperhatikan batang kemaluanku, ternyata sudah masuk tiga perempat kedalam lubang kemaluan Diana.

Aku coba untuk menekan lebih jauh lagi, ternyata sudah mentok..., kesimpulannya, batang kemaluanku hanya dapat masuk tiga perempat lebih sedikit ke dalam lubang kemaluan Diana. Dan Diana pun merasakannya.
"Aduh Mas Ray, udah mentok, jangan dipaksain teken lagi, perut saya udah kerasa agak negg nih, tapi nikmat…., aduh..., barangmu gede banget sih Mas Ray..."

Aku mulai memundur-majukan pantatku, sebentar kuputar goyanganku ke kiri, lalu ke kanan, memutar, lalu kembali ke depan ke belakang, ke atas lalu ke bawah. Kurasakan betapa nikmat rasanya kemaluan Diana, ternyata lubang kemaluan Diana masih sempit, walaupun bukan lagi seorang perawan. Ini mungkin karena ukuran batang kemaluanku yang menurut Diana besar, panjang dan kekar. Lama kelamaan goyanganku sudah mulai teratur, perlahan tapi pasti, dan Diana pun sudah dapat mengimbangi goyanganku, kami bergoyang seirama, berlawanan arah, bila kugoyang ke kiri, Diana goyang ke kanan, bila kutekan pantatku Diana pun menekan pantatnya.

Semua aku lakukan dengan sedikit hati-hati, karena aku sadar betapa besar batang kemaluanku untuk Diana, aku tidak mau membuatnya menderita kesakitan. Dan usahaku ini berjalan dengan mulus. Sesekali kurasakan jari jemari Diana merenggut rambutku, sesekali kurasakan tangannya mendekapku dengan erat.
Tubuh kami berkeringat dengan sedemikian rupa dalam ruangan mobil yang mulai panas, namun kami tidak peduli, kami sedang merasakan nikmat yang tiada tara pada saat itu. Aku terus menggoyang pantatku ke depan ke belakang, keatas kebawah dengan teratur sampai pada suatu saat.
"Aahh Mas Ray..., agak cepet lagi sedikit goyangnya..., saya kayaknya udah mau keluar nih..."
Diana mengangkat kakinya tinggi, melingkar di pinggangku, menekan pantatku dengan erat dan beberapa menit kemudian semakin erat..., semakin erat..., tangannya sebelah menjambak rambutku, sebelah lagi mencakar punggungku, mulutnya menggigit kecil telingaku sebelah kanan, lalu terdengar jeritan dan lenguhan panjang dari mulutnya memanggil namaku.
"Mas Ray..., aahh..., mmhhaahh..., Aahh..." Dia kelojotan. Kurasakan lubang kemaluannya hangat, menegang dan mengejut-ngejut menjepit batang kemaluanku.
"aahh..., gila..., Ini nikmat sekali..." Teriakku.

Baru kurasakan sekali ini lubang kemaluan bisa seperti ini. Tak lama kemudian aku tak tahan lagi, kugoyang pantatku lebih cepat lagi keatas kebawah dan, Tubuhku mengejang.
"Mas Ray..., cabut..., keluarin di luar..."
Dengan cepat kucabut batang kemaluanku lalu sedetik kemudian kurasakan kenikmatan luar biasa, aku menjerit tertahan
"aahh..., ahh..." Aku mengerang.
"Ngghh..., ngghh.."
Aku pegang batang kemaluanku sebelah tangan dan kemudian kurasakan muncratnya air maniku dengan kencang dan banyak sekali keluar dari batang kemaluanku.
Chrootth..., chrootthh..., crothh..., craatthh..., sebagian menyemprot wajah Diana, sebagian lagi ke payudaranya, ke dadanya, terakhir ke perut dan pusarnya.

Kami terkulai lemas berdua, sambil berpelukan.
"Mas Ray..., nikmat banget main sama kamu, rasanya beda sama kalo saya gituan sama Ipet. Enakan sama kamu. Kalau sama Ipet, saya tidak pernah orgasme, tapi baru sekali disetubuhi kamu, saya bisa sampai, barang kali karena barang kamu yang gede banget ya?" Katanya sambil membelai batangku yang masih tegang, namun tidak sekeras tadi.
"Saya nggak bakal lupa deh sama malam ini, saya akan inget terus malem ini, jadi kenangan manis saya"
Aku hanya tersenyum dengan lelah dan berkata "Iya Diana, saya juga, saya nggak bakal lupa".

Kami pun setelah itu menuju kostku, kembali memadu cinta. Setelah pagi, baru aku mengantarnya pulang. Dan berjanji untuk bertemu lagi lain waktu.
Continue Reading...

Jumat, 15 April 2011

Sek Warnet Game


Ini adalah pengalaman pribadiku yang benar-benar terjadi. Semua nama orang dan tempat di sini benar-benar ada. Aku mohon maaf kepada anda yang namanya terdapat dalam kisah ini. Aku terpaksa membeberkan identitas anda sebenarnya di sini sebab menurutku, jika kisah ini menggunakan nama samaran rasa-rasanya ada yang kurang. Kisah ini diawali dengan pendaftaran diriku di Adult Friend Finder yang ada di internet. 

Setelah terdaftar di Adult Friend Finder dan mengirimkan profilku ke mereka, aku memperoleh banyak respon dari orang-orang yang menanggapi profil diriku tersebut. Dari sekian banyak respond melalui e-mail tersebut, hampir semua berisikan surat-surat gombal dari cowok-cowok. Ternyata hanya ada segelintir cewek yang mengirimkan e-mail respond kepadaku. Satu di antaranya yang membuatku tertarik adalah seorang cewek dari Indonesia juga. Dia tinggal di Bali. Namanya Sinta. Usianya 30 tahun. Meskipun ia jauh lebih tua daripada aku, tapi aku salut pada keberaniannya menghubungiku lewat e-mail. Kemudian aku membalas e-mail-nya ke alamat e-mail yang diberikannya kepadaku, s..@h.. Siapa tahu saja Mbak Sinta benar-benar serius dalam menghubungiku. 

Eh, nyatanya, memang nasib sedang mujur, beberapa hari kemudian datang e-mail balasan dari Mbak Sinta ke mailbox-ku. Ia mengajakku ke tempatnya di Denpasar. Wah, kupikir, kan Denpasar jauh dari Jakarta, kota tempat tinggalku. Lagipula, duit dari mana untuk membiaya kepergianku ke Denpasar? Apalagi dalam masa krisis moneter seperti sekarang ini? Ah, tapi sebaiknya kuhubungi Mbak Sinta aja. Siapa tahu ia punya pemecahan atas ajakannya itu. Kebetulan dalam e-mail-nya yang baru ini, Mbak Sinta mencantumnya nomor teleponnya. Akhirnya kuputuskan untuk menghubungi nomor telepon tersebut, 0361-2xx. Wow, ternyata nyambung! "Halo, selamat pagi." Terdengar suara lembut seorang wanita di seberang sana. "Selamat pagi. Bisa saya bicara dengan Mbak Sinta?" "Ya, saya sendiri. Dengan siapa ini saya bicara?" "Eh, Mbak Sinta. Ini Susi dari Jakarta!" "Susi? A**** (edited) Susi H**** (edited)?" Mbak Sinta menyebutkan nama lengkapku. "Bener, Mbak." "Kenapa, Sus? Kok tumben kamu telepon saya." "Begini, Mbak. Mengenai ajakan Mbak ke Bali, sebenarnya saya mau aja. Tapi masalahnya saya nggak punya biaya. Maklum lah, Mbak, lagi jamannya krismon begini." "Mmm.. Begini deh, Sus. Kamu datang aja ke tempat saya. 

Untuk biaya pesawatnya kamu pinjam aja dulu dari siapa. Nanti akan saya ganti deh, Sus." Dalam hati, aku girang bercampur heran mendengar jawaban dari Mbak Sinta ini. Kok jaman sekarang ada orang yang sebaik Mbak Sinta. Aku jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa maksud Mbak Sinta mengajakku menjumpainya di Bali. Akhirnya kukatakan kepada Mbak Sinta bahwa aku butuh waktu beberapa hari untuk memikirkan hal ini terlebih dahulu. Namun kenyataannya, tidak sampai memakan waktu berhari-hari. Sore harinya, aku memutuskan untuk memenuhi ajakan Mbak Sinta. Setelah menelepon Mbak Sinta sekali lagi, lalu memesan tiket pesawat ke Denpasar, aku pun berkemas-kemas. Dan, siaplah aku ke Bali keesokan paginya. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lebih sedikit, akhirnya pesawat Garuda yang kutumpangi mendarat dengan mulus di bandara Ngurah Rai, Denpasar. Setelah aku turun dari pesawat dan tiba di terminal kedatangan, aku mencari-cari Mbak Sinta yang katanya akan menjemputku setibanya di bandara. Akhirnya aku melihat seorang wanita cantik yang berusia sekitar 30-an seperti Mbak Sinta. Yah, mungkin saja dia benar-benar Mbak Sinta. "Maaf, Mbak Sinta?" Aku bertanya kepada wanita itu. Ia tersenyum. "Susi ya." Ternyata ia benar Mbak Sinta. Ia menjabat tanganku. "Bagaimana, Sus, perjalanannya?" "Yah, nggak kerasa, Mbak. Habis baru juga take off dari Cengkareng, belum sempet nafas, sudah harus mendarat di sini." Mbak Sinta tertawa mendengar candaku. "Yuk deh, Sus, kita makan dulu." "Oke deh, Mbak. Saya juga sudah lapar nih." Lalu kami berdua pergi dengan mobil Mbak Sinta ke kota Denpasar yang letaknya tak jauh dari bandara dan kami makan siang di sebuah restoran terkenal di sana. Aku heran. 

Tampaknya hampir semua orang yang ada di restoran tersebut mengenal Mbak Sinta. Mereka tersenyum dan menyapa Mbak Sinta. Tetapi wajah mereka menunjukkan keheranan melihat aku yang sedang bersamanya. Namun aku segera diperkenalkan oleh Mbak Sinta kepada mereka. Ternyata orang Bali ramah-ramah juga ya. Setelah kenyang makan, kami berputar-putar sejenak mengelilingi kota Denpasar yang padat dengan kendaraan itu. Akhirnya, jam tiga siang, kami pergi ke tempat kediaman Mbak Sinta, tempat aku akan menginap selama di Bali. Dan kami pun tiba di rumah Mbak Sinta. Tempatnya tidak begitu besar, tapi resik dan tertata rapi. "Sus, sekarang kamu istirahat dulu aja. Sementara di kamar Mbak. Nanti akan Mbak siapkan kamar untuk kamu. Mbak mau pergi dulu ya, ada pekerjaan. Jangan pergi ke mana-mana lho. Nanti kamu nyasar." Aku mengangguk. Setelah melepas kepergian Mbak Sinta dengan mobilnya, aku membereskan barang-barang bawaanku dan membawanya ke kamar Mbak Sinta. "Ah, nyamannya berbaring di spring bed berukuran double yang empuk ini, apalagi di kamar yang sejuk berpendingin udara", batinku saat kurebahkan tubuhku yang penat di atas ranjang milik Mbak Sinta. Hhmm.. Alangkah harumnya bantalnya. Beberapa menit kemudian, saking lelah dan mengantuk, aku pun jatuh terlelap tanpa sempat mengganti pakaian dahulu. Wah, mungkin karena begitu lelah setelah berjalan-jalan hampir seharian, tak terasa hampir empat jam aku tertidur pulas tanpa gangguan. Jam dinding berdentang tujuh kali saat aku bangkit dari tempat tidur. Langit sudah gelap, tapi suasana rumah itu masih sepi. Ah, Mbak Sinta pasti belum pulang sejak tadi siang. Ih, rasanya badan gatal nih belum mandi. Kulepaskan pakaian luarku, sehingga aku hanya mengenakan BH dan celana dalam. Aku membungkuk dan mencari-cari handuk, pakaian ganti, dan peralatan mandi lainnya dari koperku. Ah, mana ya, sabun cair Biore yang kubawa. Ini dia! Saat kuambil botol sabun cair itu, tiba-tiba ia mencelat dari tanganku dan jatuh ke lantai masuk ke bawah meja rias Mbak Sinta. Sial, umpatku. Lalu kujulurkan tanganku ke bawah meja rias untuk mengambil botol sabun cair itu. Tapi tanganku tertumbuk sebuah benda seperti sebuah buku. Kuambil benda tersebut dan tentu saja botol sabun cairku juga dari kolong meja. Oh, ternyata album foto milik Mbak Sinta. Kenapa ya, album foto bisa ada di kolong meja rias? Apa mungkin jatuh dan Mbak Sinta tidak mengetahuinya? Kutunda niatku untuk ke kamar mandi. Kubuka satu persatu halaman album foto yang kelihatannya masih cukup baru itu. Ya ampun! Aku terkejut. Kututup mulutku dengan tanganku sewaktu aku melihat isi album foto tersebut. Ada foto di mana Mbak Sinta telanjang bulat dan puting susunya sedang dikulum oleh seorang pria yang tidak terlihat wajahnya. Kemudian di foto yang lain, Mbak Sinta tampak sedang bersetubuh dengan seorang pria bule setengah baya. Dan ada lagi beberapa foto lain yang gambarnya "seram-seram". 

Misalnya ada Mbak Sinta yang sedang dalam posisi 69 dengan seorang gadis bermata sipit. Keduanya dalam keadaan bugil. Lalu ada lagi foto yang menampakkan Mbak Sinta yang masih mengenakan pakaian dalam memasukkan kelima jarinya ke dalam liang senggama seorang wanita Indonesia yang kira-kira sebaya dengannya. Dan kuperhatikan, kesemua foto itu diambil di tempat tidur yang sempat kutiduri tadi. Astaga! Apakah Mbak Sinta seorang..? Aku tidak mau melanjutkan prasangkaku itu. Takut-takut nanti aku salah duga. Tapi foto-foto ini kan jadi buktinya. Seketika itu juga, tubuhku serasa gatal sekali. Barangkali ini hanya perasaanku saja setelah melihat foto-foto ini. Aku bergegas ke kamar mandi. Setelah menanggalkan seluruh pakaianku. Kunyalakan shower, lalu aku mandi di bawahnya sambil bernyanyi-nyanyi. Ah, sejuknya mandi dengan air dingin saat tubuh lelah seperti saat ini! Karena derasnya shower kunyalakan dan begitu kerasnya suara nyanyianku, sehingga aku tidak mendengar suara mobil yang masuk ke pekarangan rumah Mbak Sinta dan suara Mbak Sinta yang memanggil-manggilku, yang akhirnya masuk ke dalam rumah menggunakan kunci cadangan yang selalu dibawanya ke mana-mana. Uh, segarnya tubuhku setelah mandi dengan puas diguyur shower selama 15 menit. Kukenakan kaus oblong tanpa lengan dan celana pendek warna-warni dari bahan katun. Aku kembali ke kamar tidur Mbak Sinta. "Heh, Mbak Sinta, sudah pulang. Kok saya nggak dengar sih?" "Kamu sih mandi apa nyelam, Sus?" Aku tertawa. "Sus, kamu pasti sudah melihat ini?" sambung Mbak Sinta sambil menunjukkan album foto yang tadi kulihat-lihat. Ya ampun! Aku lupa menaruhnya kembali di tempatnya semula, di kolong meja rias. "I.. iya Mbak", kataku takut-takut, kuatir kalau Mbak Sinta marah. Tapi Mbak Sinta malah tersenyum. "Kamu pasti sudah tahu sebenarnya saya ini apa dan siapa? Ya, benar, Sus. Saya memang seorang wanita panggilan. Tapi jangan salah, saya bermain cinta tidak pernah untuk uang, melainkan hanya untuk kesenangan dan kepuasan seksual belaka. Jadi jangan samakan saya dengan pelacur yang menerima bayaran atas servisnya. Saya sama sekali tidak pernah dibayar oleh teman-teman tidur saya." Aku mengangguk-angguk mendengarkan penuturan Mbak Sinta. Hatiku sedikit miris mengetahui bahwa teman baruku ini seorang wanita panggilan. "Dan saya adalah seorang biseks, Sus. Saya bisa bermain dengan pria maupun wanita, tapi saya lebih suka dengan wanita, sebab lebih aman, dan biasanya sesama wanita tidak terlampau saling menuntut." Aku seperti tersedak karena pengakuan Mbak Sinta ini. Batinku, apakah aku sekarang akan dijadikan salah satu kekasih lesbian Mbak Sinta? Wah, celaka tigabelas. Jangankan lesbian, berhubungan seks normal dengan laki-laki saja aku belum pernah. Aku masih perawan. "Memang, saya tertarik pada kamu setelah membaca profil kamu di Friend Finder dan membaca seluruh isi e-mail dari kamu, Sus. Saya belum pernah berhubungan dengan orang yang jauh lebih muda seperti kamu. Jadi sekarang terserah kamu, Sus. Kalo kamu nggak mau ya nggak apa-apa. Saya nggak akan memaksa kamu. Kita jadi teman biasa aja, oke. Tapi perlu kamu tahu, Sus, saya telanjur suka sama kamu." Kupikir-pikir, tidak ada salahnya aku mencoba-coba berhubungan dengan Mbak Sinta. Lagipula karena sama-sama wanita, pasti lebih aman. Di samping itu kita berdua sama-sama saling menyukai. Tapi bedanya, aku menyukai Mbak Sinta ibarat seorang adik terhadap kakaknya. Sebaliknya Mbak Sinta menyukaiku sebagai kekasihnya. Akhirnya dengan pelan, kuanggukkan kepalaku. Mbak Sinta pun tersenyum. Ia mengulurkan tangan kanannya mengajakku mendekat menghampirinya. Aku dan Mbak Sinta duduk saling berhadapan di atas ranjang. Wajah kita amat berdekatan. Dengan segera, Mbak Sinta memagut bibirku yang merekah di depannya. Lidahnya mempermainkan lidahku. Aku pun membalas mengulum lidahnya dengan hangat. Terasa sebuah perasaan aneh mengalir di sekujur tubuhku saat lidah kita saling bersentuhan. Apakah ini yang dinamakan nafsu birahi? Sementara mulutnya masih terus melumat bibirku yang ranum, tangan Mbak Sinta mulai meluncur ke bawah ke arah dadaku. Ia menyingkapkan kaus oblongku ke atas, sehingga tampaklah dua bukit indah mempersona di dadaku yang berukuran rata-rata tetapi padat dan berisi tanpa tertutupi selembar benangpun. Memang aku terbiasa di rumah setelah mandi sore tidak pernah memakai BH untuk menyangga payudaraku. Mbak Sinta menyuruhku berbaring tertelentang di atas ranjang. Jari-jarinya yang lentik menyusuri lekukan celah di antara kedua bukit kembar di dadaku. Kemudian naik ke atas ke puncak salah satu bukit tersebut dan berhenti di tonjolan kecil dikelilingi lingkaran coklat tua yang semakin tinggi mengeras. Dengan ahlinya, Mbak Sinta memilin-milin puting susuku yang semakin lama memang semakin menegang itu. 


Sementara tangan satunya turun lagi ke arah bawah perutku. Dengan dua kali tarikan, dipelorotkannya celana pendekku yang menggunakan tali kolor dan celana dalamku. Kini, terpampanglah kemaluanku yang ditumbuhi oleh rambut-rambut tipis berwarna kehitaman yang masih segar. Melihat daerah vitalku ini, Mbak Sinta semakin bergairah. Mulutnya yang kini tengah menjilati kedua puting susuku secara bergantian, semakin bertubi-tubi melumat pentil kenikmatanku itu. Puting susuku yang tinggi menjulang itu habis dikulum oleh mulut Mbak Sinta. Gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal sembari mendesah-desah kecil. "Uuh.. Mbak.. Mbak Sin.. Aahh.." Rasa kenikmatan menjalar sampai ke ubun-ubunku. Apalagi setelah lumatan mulut Mbak Sinta berubah menjadi gigitan-gigitan kecil dan gemas pada puting susuku. Lalu ia kembali menjilati dan sekali-kali mengisap dan menyedot puting susuku dengan bunyi yang merangsang. Karena rangsangan yang sedemikian hebatnya ini membuat puting susuku memerah keras dan kurasakan ada cairan bening mengalir keluar dari lorong kewanitaanku. "Ouuhh.." Aku menjerit cukup panjang tatkala jari telunjuk tangan kanan Mbak Sinta mempermainkan klitorisku yang terletak di bagian atas gerbang kewanitaanku. Diusap-usapnya dengan penuh perasaan daging kecil kemerahan tersebut. Semakin membuatku menaik-turunkan pantatku dengan irama yang tak menentu. Dan kewanitaanku menjadi semakin basah dan licin. Lidah Mbak Sinta sekarang pun berpindah menyusuri setiap bagian mulut liang kewanitaanku. Tak ada yang terlewatkan olehnya. Dijilatinya pula daging kecil pembawa nikmat milikku. Kemudian lidahnya dijulurkan masuk ke dalam lubang kenikmatanku hingga sampai sepertiga lidahnya tertelan oleh liang kewanitaanku yang berdenyut-denyut, mengerut dan mengembang. Dijilatinya dinding liang kewanitaanku itu yang semakin lama semakin dibanjiri cairan kenikmatan. Sekonyong-konyong, Mbak Sinta menghentikan kegiatannya. Tangannya menggapai-gapai membuka laci meja riasnya. Diambilkan sebuah benda lonjong dan agak panjang berwarna hitam dari dalam laci. "Kamu tahu benda apa ini, Sus?" Aku menggeleng. Mbak Santi menekan tombol kecil berwarna merah di pangkal benda tersebut. Benda itupun dengan mengeluarkan bunyi pelan "Nguungg.." bergetar dan ujungnya meliuk-liuk seperti tubuh ular. "Aaahh.. Mbak Sintaa.. Jangaann..!" Teriakanku terlambat. Benda hitam tersebut sudah disodokkan oleh Mbak Sinta ke dalam liang kewanitaanku dengan susah payah, mengingat liang kewanitaanku yang masih sempit dan belum pernah terjamah. Makin lama makin dalam masuknya, sampai benda itu hampir masuk semuanya di dalam lorong senggamaku yang terus berdenyut-denyut. Mula-mula aku merasakan sakit yang luar biasa di selangkanganku. Akan tetapi lama kelamaan, getaran dan liukan-liukan yang ditimbulkan oleh benda lonjong tersebut mengakibatkan sensasi kenikmatan yang tak tertandingi oleh hal manapun di dunia ini. Secara tak sadar, secara refleks, aku memutar-mutarkan pantatku mengimbangi liukan benda yang sedang melakukan penetrasi dalam kewanitaanku itu. Dan Mbak Sinta pun mulai mendorong dan menarik benda hitam tersebut di dalam liang kewanitaanku. Tambah lama tambah cepat. Dan putaran pantatku juga semakin cepat pula. Akhirnya dengan mendelik-delik aku mengejan. "Aaahh.." Dengan lengkingan panjang, kumuntahkan seluruh cairan bening berwarna putih yang sejak tadi antre untuk keluar dari liang kewanitaanku. Dibarengi dengan darah yang juga mengalir dari sumber yang sama, menandakan selaput daraku robek. Dan dengan terengah-engah aku membisikkan sesuatu di telinga Mbak Sinta. "Mbak, sa.. saya.. lelah sekali.." Aku pun jatuh tertidur. Mbak Sinta tersenyum melihat keadaanku. Ah, kamu curang, Sus, batinnya, kamu sudah keluar, aku membuka baju pun belum. Perlahan-lahan tanpa menimbulkan bunyi, Mbak Sinta bangkit berdiri dan menanggalkan rok dan celana dalamnya. cerita seks melayu Lalu sambil berdiri, ia memasukkan benda hitam panjang yang dipegangnya ke dalam liang kewanitaannya sendiri dengan mudahnya, sebab liang kewanitaannya memang sudah cukup lebar, akibat seringnya dipenetrasi oleh teman-teman bermain cintanya. Dengan sekali sodokan, benda hitam itu sudah hampir masuk semuanya ke dalam kewanitaan Mbak Sinta, menyisakan hanya dua sentimenter saja untuk tempat tangan memegang. Dengan ketrampilan yang tinggi, Mbak Sinta mempermainkan benda nikmat tersebut di dalam liang sorganya sendiri. Diputar-putarnya serta digesek-gesekkan benda itu dengan kecepatan yang mengagumkan. Makin lama makin cepat namun tetap berirama, diiringi oleh gerakan tubuh Mbak Sinta yang seperti terhentak-hentak lalu terhuyung-huyung. "Ouuhh.. Ahh.. Uuuhh..!" Mbak Sinta menjerit-jerit keras, tetapi tidak cukup keras untuk membuatku terjaga. Sementara tangannya tetap membabi-buta di lorong senggamanya. Dan bertambah cepat saja disertai dengan tubuh Mbak Sinta yang makin terhuyung-huyung. Akhirnya, Mbak Sinta terjerembab lunglai di lantai dengan wajah penuh kepuasan. Tangannya masih memegang benda lonjong hitam yang basah kuyup oleh cairan bening kenikmatan yang mengalir dari liang kewanitaannya. Dan Mbak Sinta pun menyusulku terlelap, di lantai. Tiga malam aku menginap di rumah Mbak Sinta. Dan pada setiap malam itu pula aku dan Mbak Sinta mengulangi permainan cinta kita. cerita seks melayu Dan aku pun menjadi mahir melakukannya, sehingga aku dapat memberikan pelayanan dan mengimbangi permainan Mbak Sinta. 

Dengan demikian kedua belah pihak sama-sama terpuaskan. Hari ini, satu bulan sudah sejak aku kembali ke Jakarta, dan satu bulan sudah aku meninggalkan Mbak Sinta, meskipun kita masih sering berhubungan lewat e-mail maupun pesawat telepon. Aku pun merindukannya. Dan sepertinya aku kini tidak begitu tertarik lagi pada laki-laki. Apakah ini yang dinamakan telah tumbuh benih-benih cinta dengan kaum sejenis? Apakah aku telah berubah menjadi seorang lesbian? Help me, please!
Continue Reading...

Rabu, 02 Maret 2011

Cerita seks dengan tante sisca




waktu itu gua di ajak temen gua buat liat hasil lukisan yang di bikin temen gua itu cewe dia di bawah gua 1 tahun se enggaknya gua senior dianyalah… sewaktu gua tiba di rumah dia ada seorang wanita sexy, cantik, waaahhhh susah deh buat diomongin pokoknya top banget, lalu dia senyum ama gua…

“Eh Nit sapa tuh?” tanyaku

“Oooooo Tante gua tuh Ndry kenapa? Suka?”..

“Yeeee enak aja loe,” jawabku.

“Yuk gua kenalin ama Tante gua, ajak Nita”

“Aloooo Tanteeee,” kata Nita”..

“Ehhh udah pulang Nit,” tanya Tante Cisca?

“Iya Tan,” jawab Nita..

“Oh iya Tan kenalin nih temen Nita”.. lalu Tante Cisca mengulurkan tangannya begitu juga gua..

“Cisca,” katanya.

“Andry,” kataku, waaahh tangan nya lembut banget langsung otak gua jadi gak karuan untung Nita ngajak gua masuk kalo gak udah deh otak gua ngeressssss.

Sesudah gua ngeliat hasil lukisan si Nita gua ngobrol-ngobrol ama Nita dan Tante Cisca. Enak juga ngobrol ama tantenya Nita cepet akraban orangnya tapi setengah jam kemudian Nita pamit ke belakang dulu otomatis tinggal gua dan Tante Cisca saja berdua. Tante Cisca yang memakai celana street dan kaos tipis membuat jatungku mulai gak karuan, tapi gua ngejaga supaya tidak ketauan kalo gua lagi merhatiin Tante Cisca, kami ngobrol ngalor-ngidul lama-lama duduknya semakin dekat denganku waaahhhh, makin dag dig dug aja nih jatung gua.. gimana enggak Tante Cisca yang putih mulus itu duduknya ngangkang bebas banget pikirku apa dia kaga malu ama gua apa? Lambat laun pembicaraan kami mulai menjurus ke hal-hal yang berbau sex.

“Ndry kamu punya cewe?” tanyanya.

“Blom tan,” jawabku

“Tante sendiri kok sendirian …?”

“Hhhmmmm gak kok kan ada Nita.”

“Maksud saya laki-laki yang jagain Tante siang dan malem lho.”

“Ooooooo Tante cerai sama om 2 tahun yang lalu Ndry…”

“Tante gak kesepian..?”

“Tak tuh kan ada Nita.”

“Maksud saya yang nemenin Tante malem hari.”

“Ih kamu nakal yah.” kata Tante Cisca sambil mecubit paha ku. Otomatis meringis kesakitan sambil tertawa… hehehhehee…

“Bener Tante gak kesepian, gua bertanya lagi..?” Tante Cisca bukanya menjawab, dia malah memeluku sambil menciumiku, aku kaget campur seneng. sewaktu kami begumul di ruang depan tiba-tiba Nita dateng, untung tadi pintu yang mau ke dapur tertutup kalo ketauan Nita bahaya nih.. kami menghentikan pagutan kami.. lalu Tante Ciscapun pergi ke kamarnya sambil malu-malu. Setelah Nita datang gua langsung pamitan, lalu gua pamitan ama Tante Cisca.

“Tante, Andry pulang dulu,” kataku.

“Lho kok buru-buru?” tanya Tante Cisca sambil keluar kamar.

“Ada kepeluan lain Tan,” jawab ku…

“Lain kali ke sini lagi yah,” kata Tante Nita sambil mengerlingkan matanya:..

“Ooooo iya Tante,” kataku sedikit kaget, tapi agak seneng juga…

Setelah kejadian itu gua jadi kangen ama Tante Cisca.. suatu hari gua lagi jalan sendirian di mall, gua gak nyangka kalo ketemu ama Tante Cisca..

“Allo Tante,” sapaku…

“Hi Andry,” jawabnya..

“Mau kemana Ndry.?”

“Hhhhmmm lagi pengen jalan aja Tante.”

“Kamu ada waktu.?”

“Kalo gak ada gak papa..”

“Emang mau ke mana Tan.?”

“Temenin Tante makan yuk..”

Waaaahhhhh… tawaran itu gak mungkin gua tolak jarang jarang ada yang traktir gua, maklum gua anak kostan heueuehueuh. Tanpa berpikir panjang gua langsung meng iya kan tawarannya.

Setelah kami makan Tante Cisca ngajak gua keliling sekitar Bandung.. Tanpa kita sadari kalo malam udah larut.. Waktu itu jam menunjukan pukul 22.30…Lalu gua ngajak Tante Cisca pulang, gua di anter ama Tante Cisca sampai depan rumah kostan gua…Tapi sebelum gua keluar dari mobil gua kaget campur seneng Tante Cisca menarik badan gua lalu menciumiku dengan ganas…Kami berpagutan lumayan lama. Lama-lama gua makin panas lalu gua ajak Tante Cisca masuk ke dalam kostan gua…Lalu kami masuk setelah di dalam Tante Cisca menubruk badan gua hingga kami berdua jatuh di atas kasur. Lalu kami beerciumana lagi. tiba-tiba tangan gua yang nakal mulai mengerayangi badan Tante Cisca yang sexy.

Setelah itu gua buka tank top Tante Cisca.. wooowwwww ternyata dia tidak memakai BH itu membuat gua gampang buat menikmati indahnya payudara Tante Cisca yang indah itu.. Tante Cisca mulai mengerang keenakan..

“Ooooooohhhh.. Andryyy.. remas terushhhh,” kata Tante Cisca mendesah.

“Mendengar itu aku makin menggila…”

“Gua gigit putting susu Tante Cisca…”

“Aaaccchhhhhh… enak sayang.. terussshhh…”

Lalu gua buka celana jeans Tante Cisca… sambil terus kupermain kan gundukan kembar itu dengan rakus setelah gua buka celana jean tante Cisca, gua buka CD Tante Cisca yang berwarna hitam itu.. ooooohhhhh indah betul pemandangan malam ini gumamku dalam hati… Lalu aku pun menyuruh Tante Cisca buat membuka pahanya lebar-lebar..

“Baik sayang. lakukan apa yang kau mau..”

Lalu gua benamkan muka gua ke selangkangan Tante Cisca.

“Aaaaacccchhhhhhhhhhhh.. geli sayang.jerit Tante Cisca, badannya bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri menahan nikmat… aaaaccchhhhhhh terus sayang.. oooohhhhhhhh”

“Gua jilat, gigit, jilat lagi hhhhmmmmmmm… memek Tante Cisca harum”

Lalu tangan Tante Cisca mencari-cari sesuatu di balik celana dalam ku………

“Wwoooooowwwww,” jeritnya.

“Aku gak percaya punyaan kamu gede ndry…”

“Tante suka?” tanyaku.

“Suka banget..”

Lalu kupermainkan lagi memeknya, kami bermain 69 Tante Cisca melumat kontolku dengan rakusnya, sampai tiba saatnya dia mulai merengek-rengek supaya kontolku dimasukkan ke dalam liang memeknya.

“Ndryyyy.. sekarang sayang aku gak kuaatttthhh.!!!”

“Sekarang Tante..?”

“Iya sayang cepaaattt.” Lalu gua menaiki badan Tante Cisca perlahan-lahan gua masukin kontol gua… oooooohhhhhh… sleeeepp perlahan-lahan kontolkupun kubenamkan.

Tante Cisca sedikit teriak “Aaaaaccccchhhhhhh Ndryyyyy”. Memek Tante Cisca masih sempit, hangat aahhh.. pokoknya enak banget…

“Masukin yang dalem Ndryy… oooohhhhhhh.!!!

“Goyangin Tante..” Slepppp… sleppppp… sleeppppp.. kontolku keluar masuk”. “Ooohhhh…. ooohhhhhhh.. ooohhhhhhhh……” kami berpacu untuk mencapai klimaks dan akhirnya kami pun keluar sama sama.. Setelah kami puas bercinta kamupun tertidur pulas dan bangun kesiangan untung waktu itu temen-temen sekostanku sedang mudik, jadi aku gak terlalu khawatir…

“Kamu hebat tadi malam Ndry sampe aku kewalahan” lalu Tante Cisca pun pamitan untuk pulang lalu dia berkata “Lain kali kita main lagi yah aku masih penasaran ama kamu Ndry”….

“Kalo kamu mau apa-apa bilang aja ama Tante ya jangan sungkan-sungkan!!”..

“Baik Tante,” kataku… lalu Tante Cisca pun pulang dengan wajah berseri-seri… setelah kami melakukan percintaan itu kamipun melakukannya berulang kali dan hubungan kamipun masih berlanjut hingga kini, tapi hubungan yang tanpa ikatan, hanya hubungan antara orang yang haus akan sex.. dan semenjak itu akupun diajari berbagai jurus dalam permainan sex… mulai dari doggy style sampai berbagai jurus yang sangat nikmat.

Setelah gua berhubungan dengan Tante Cisca kebutuhan akan sehari-hari gua lebih dari cukup apapun yang gua minta dari Tante Cisca dia pasti memberikannya, soalnya dia bilang permainan ranjangku hebat sekali dan adikku ini lumayan besar, katanya.. dan gua bisa ngebikin Tante Cisca puas. Selama kami berhubungan, Nita temanku itu dan sepupu Tante Cisca itu tidak pernah mengetahuinya, kalo dia tahu berabe deh.. heheheheheheheh……

Continue Reading...

Selasa, 01 Maret 2011

Teman Suamiku


Sebut saja nama ku Tyas, wanita umur 30 thn dan orang-orang bilang bentuk tubuhku amatlah proposional, tinggi 170 cm berat 55kg dan ukuran buah dada 34B, ditunjang wajah cantik (itu juga orang-orang yang bilang) dan kulit putih cerah.

Sebelumnya aku memang sering bekerja menjadi SPG pada pameran mobil dan banyak orang mengelilingi mobil yang aku pamerkan bukan utk melihat mobil tetapi untuk melihatku.

Menikah dengan Roni, 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang sepakat untuk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh dibilang agak hyper..sehari bias minta 2 sesi pagi sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur.

Dan cerita ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik. Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam

baru pulang.

Dan mulailah cerita ini ketika Roni mendapat tanggung jawab untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah dan kekar.

Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Roni memutuskan agar Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar persis di seberang kamar kami.

Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku memang senang tidur bertelanjang agar jika Roni datang bisa langsung bercinta.

Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Roni bercinta di dapur waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku juga tidak tega menghentikan Roni, akhirnya ku biarkan

Bram melihat kami bercinta tanpa Roni sadari hingga kami berdua orgasme. Dan aku tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Roni melepaskan penisnya dan terjongkok di bawah meja.

Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk tubuhku.

Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum'at kantor tempat Roni bekerja mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam galeri barang2 antik. Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan pakaian yang sangat seksi, gaun malam warna merah yang terbuka di bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH, bagian bawahpun terdapat sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar. Sebelum berangkat aku dan Roni sempat bercinta di kamar dan tanpa sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memang kami ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena letih atau terburu-buru mau pergi Roni orgasme terlebih dahulu dan aku dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu.

Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh atasannya untuk diperkenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .

"Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!", canda Bram

"Ah bisa aja kamu Bram",balasku tersipu.

Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan gelasku.

"Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi",katanya sambil langsung memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan diriku yang seperti itu. dan memang benar aku terlihat lebih seksi. Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di leher belakangku, daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di dinding dan menciumi leherku dari depan. "Bram apa yang kamu lakukan..lepaskan aku

Bram..lepas..!",rontaku tapi Bram tahu aku tidak akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang. Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku, sambil meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi saat tiba-tiba tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke

selangkanganku. "Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan lakukan itu..",rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena serangan itu. Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia menariknya dan terlepaslah G-stringku. Aku terpekik pelan apalagi merasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Ketika Bram sudah semakin liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Roni memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string hitamku. Aku sungguh terkejut dengan

kejadian itu tapi tanpa disadari aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan di tempat umum walau dalam kategori diperkosa.

Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya mengakatakan "Maaf Tyas..kamu sungguh cantik malam ini." Sepanjang jalan kami tidak berbicara apaun. Hingga sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan

hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu dan masih menyisakan gairah. Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar suaranya', "Tyas aku ingin mengembalikan ini"' katanya sambil menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram telah

menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik kaitan gaun malamku, maka bugilah aku diahadapannya. Tanpa menunggu banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung menindihku. Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang?"Bram..lepaskan aku

Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon", erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu, tapi Bram terus menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginaku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek saja tanpa celana dalam.

"Ahhhh?Braam..kau..:' Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga memudahkan penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau dalam hati menikmatinya. Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya melenguh panjang "Ahhh?.." ternyata aku orgasme terlebih dahulu, sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati. Sepuluh menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram di telingaku "Ahhh..hmmfff?" aku merasakan vaginaku penuh dengan cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram terkulai di atasku.

"Maaf Tyas aku tak kuasa menahan nafsuku.."bisiknya pelan lalu berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang. hinga tertidur Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya.

Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor. Karena tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya maka dia izinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci milik Roni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian. Lalu dia bergerak ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku sadari kedatangannya, "Bram..kenapa kau ada di sini?"'tanyaku "Tenang Tyas suaimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya", aku melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk saat dia berjalan telanjang

masuk ke dalam kolam "Pantas sajaku semalam vaginaku terasa penuh sekali"'pikirku. Aku buru-buru berenang menjauh tetai tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak mengenakan pakaian apapun juga. Saat aku bersandar di pingiran sisi lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta. Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi vaginaku dan memasuki liang senggamaku..aku hanya menggigit bibir menahan gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar telah meneyruak menggantian lidahnya? "Arrgghh.." erangku menahan nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk. Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja, gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, tapi ternyata gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai menyetubuhi kmbai tubuh mulusku.."Kau sangat cantik dan seksi Tyas..ahh" bisiknya ditelingaku. Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku mengimbangi goyangan liarnya. Hanya suara eranggannya dan suara penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..dia tahu bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku

"Ahhh.." aku menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam, "Nikmati sayang?"demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme. Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, "Kau hebat Tyas..aku cinta kau..AAHHH..HHH" dan aku merasakan semburan kuat di dalam vaginaku.


Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya pikirku. Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.

Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kepuasan padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu aku buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku. Ternyta yang kudapatkan adalah bentakannya "Tyas..apakah kamu tak bisa melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk masa depan kita" teriaknya keras. Aku yakin Bram juga mendengar teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana merenung dan menahan nafsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram.

Tampak samar-samar Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku. Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram mengeringkan tubuh.

Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk bergoyang sekanan memanggilku. Aku malu sekali mengagumi dan mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang masih haus. Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah, akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat masuk ke

dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam. Bram sangat terkejut "Tyas..apa yang kamu lakukan?", aku hanya menempelkan telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di hadapannya, Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku.

Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya dan mengulum penisnya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan nafsuku yang sudah memuncak. Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas

tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu, terinat akan Roni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang.

Perlahan aku arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan saat aku diperkosanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram masuk ke dalam vaginaku


"Ahh..sssfff..Braaam!" erangku perlahan menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku. Sungguh suatu sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram

dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir putingku hingga

berwarna kemerahan dan keras "ahh..ahh.." demikian erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk vaginaku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan bergerak ke leher dan terus lagi. Aku sungguh tak dapat menahan gairah yang selama ini terpendam.

Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara,

kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak orgasmeku. Bram

merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku orgasme sekiat 30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam vaginaku.


Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali basah dan siap menerima serangan berikutnya. Dan Bram langsung memompa penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram. Dan benar saja 10 menit kemudian aku

sampai pada puncak orgasme yang kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya hingga penisnya menyentuh rahimku. Kupeluk Bram dengan erat yang membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku.


Kugigit bibirku agar tidak mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku

Continue Reading...
 

Sex Educations Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template